- Sawiyanto, S.Pd.I, M.A
- Amir Panatagama, S.Pd.I
- Rakernas II MP Al Washliyah
- Sistem Pelayanan BP4
- Rakerwil MP Al Washliyah 2014
- Logo dan Maskot MTQN XXV 2014
- Rencana Pengemb Madr/Sekolah
Sawiyanto, S.Pd.I, M.A
Sekretaris PGMI Tanjung MorawaMore
Amir Panatagama, S.Pd.I
Ketua PGMI Tanjung MorawaMore
Sawiyanto, S.Pd.I, M.A
Peserta Rakernas II MP Al Washliyah 21 s.d 23 Februari 2014 di BaliMore
Sistem Pelayanan BP4
Pernikahan/Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan...More
Rakerwil MP Al Washliyah Sumut : 27 Mei 2014
Pengurus MP PW dan MP PD Al Washliyah se-Sumut More
Logo dan Maskot MTQ XXV 2014
MTQ Nasional di Batam Tgl. 01 s.d 15 Juni 2014 More
Madrasah Harus Memiliki Rencana Pengembangan
Madrasah/Sekolah merupakan komunitas masyarakat yang utuh dan bulat serta..... More
Minggu, 24 November 2013
GURU KU HEBAT
GURU
KU HEBAT
Oleh
Sawiyanto, S.Pd.I, M.A
(Kepala
MTs/MA YP. H. datuk Abdullah Tanjung Morawa)
Sepanjang
hidupnya dalam bertugas, seorang guru dihadapkan dengan berbagai tantangan dan
rintangan, baik di lingkungan tempat tinggalnya terlebih di lingkungan sekolah.
Sepanjang itu pula seorang guru tetap tegar dan sabar dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1 UU-RI Nomor 14 Tahun 2005).
Tanggal 25 Nopember adalah hari kelahiran PGRI (Persatuan Guru
Republik Indonesia) tepatnya 25 Nopember 1945, yaitu 100 hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 25 Nopember 2013 usia PGRI sudah
mencapai 68 Tahun. Usia ini adalah dalam katagori usia yang sudah tua sudah
matang, sudah banyak pengalaman dan seharusnya sudah professional. Banyak
julukan yang diberikan kepada guru termasuk salah satunya “Guru adalah Pahlawan
Tanpa Tanda jasa”, benarkah demikian?. A
Kita anggap saja benar, akan tetapi relevansi dengan tuntutan
zaman yang semakin berkembang, tuntutan guru yang semakin menantang bagi
perubahan zaman itu sendiri, dan tugas guru pun semakin berat, meneyebabkan
paradigma kepahlawanan guru tersebut berubah 100 persen. Tidak lagi “Pahlawan
tanpa tanda Jasa” melainkan “Guru adalah Pahlawan Denagn Jasa”. Artinya adalah
guru harus diperhatikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, sebab guru harus
dituntut dengan berbagai tugas yang memerlukan kosentrasi demi mewujudkan
tujuan pendidikan nasional itu sendiri yaitu “Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”
Benar,
pemerintah akhirnya menyikapi dan tanggap serta perhatian terhadap “guru”.
Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005 telah di tanda tangani Undang-Undang
Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak
DR. H. Susilo bambang Yudhoyono.
Undang-undang
ini adalah sebagai payung hukum bagi guru di Indonesia dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru, salah satu pasalnya mengatur tentang hak dan kewajiban
guru (Pasal 14). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996), tugas
keprofesionalan guru meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih untuk
mengembangkan dan membentuk kepribadian, kecerdasan dan keterampilan siswa secara
optimal. Di sini guru bertugas sebagai pengubah dan pembentuk manusia seutuhnya.
Hebat,
ya memamng hebat, guru yang penghasilannya hamper dikatakan tidak memenuhi
tingkat standart kesejahteraan social, guru (swasta) yang penghasilannya masih
kalah jika dibandingkan dengan buruh/karawan pabrik (UMK/UMP), akan tetapi sang
guru tetap gigih dan ulet dalam melaksanakan profesinya.
Tidak
dipungkiri, sejak di undangkannya UU Guru dan Dosen 30 Desember 2005 dan
dilaksanakannya Pensertifikasian guru memang sudah agak lumayan, sebab Pemerintah
memberikan Tunjangan Profesi sebesar 1 kali lipat dari gaji pokoknya (bagi
PNS), dan bagi guru swasta yang sudah sertifikasi memperoleh tunjangan sebesar
Rp. 1.500.000,-, sebuah angka mendekati dan boleh dikatakan sama dengan UMK/UMP
yang ada secara rata-rata di Indonesia, walaupun ada UMK yang lebih besar dari
Tunjangan Profesi Guru itu sendiri.
Akan
tetapi itulah hebatnya guru, walau penghasilannya tidak standar bagi
kesejahteraan social, mereka tetap tegar dan eksis dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pada
moment HUT Guru yang ke-68 ini, selaku guru saya mempunyai 2 (dua) permintaan
yang sangat sederhana, akan tetapi ini dapat menjawab problema yang dihadapi
dunia pendidikan, yang saat ini sedang bergejolak, yaitu:
1.
Supaya HAM tidak di masukkan ke dalam
dunia pendidikan (khususnya sekolah/madrasah);
2.
SUpaya HAM tidak di masukkan ke dalam
Rumah Tangga.
Akhirnya
saya ucapkan “SELAMAT HUT PGRI KE-68” 25 Nopember 1945/25 Nopember 2013, semoga
lebih tua lebih berisi dan merunduk.
Rabu, 06 November 2013
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN dan PENDIDIKAN SAKIT
ANTARA RUMAH
SAKIT PENDIDIKAN dan PENDIDIKAN SAKIT
Oleh: Sawiyanto,
M.A
Untuk melengkapi dan menunjang sarana
prasarana dalam dunia pendidikan khususnya di perguruan tinggi di Indonesia
telah atau sedang dibangun Rumah Sakit pendidikan, seperti:
1.
Pembangunan
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Indonesia (UI) di Depok Jawa Barat oleh di
resmikan oleh Menteri pendidikan Muhammad Nuh (Senin, 30 September 2013);
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh, meresmikan pembangunan rumah sakit pendidikan Universitas
Indonesia (UI), Senin (30/9) di Depok, Jawa Barat. Peresmian tersebut ditandai
dengan peletakan batu pertama dan sekaligus peninjauan beberapa fasilitas yang
sudah selesai dibangun dan siap difungsikan oleh Mendikbud.
Mendikbud mengatakan, sebagai rumah
sakit pendidikan, rumah sakit ini akan terintegrasi dengan kegiatan belajar
mengajar mahasiswa di fakultas rumpun ilmu kesehatan (RIK), yaitu Fakultas
Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperwatan, Farmasi dan Kesehatan Masyarakat.
Untuk itu, kata Dia, rumah sakit ini akan dilengkapi ruang observasi bagi para
mahasiswa tanpa mengganggu kenyamanan pasien serta akan dilengkapi
infrastruktur teknolgi yang mendukung mahasiswa memantau tindakan medis.
“Rumah sakit pendidikan UI ini merupakan
rumah sakit pertama di Indonesia yang mengakomodasi konsep patient safety serta
berakreditasi internasional,” katanya. Patient safety merupakan konsep baru
dari dunia kedokteran yang memperhatikan sistem konstruksi, tata letak ruangan,
penggunaan material bangunan, pengaturan alur pasien infectious (menular) dan
pasien non infectious , pengelolaan limbah serta sistem sekuriti hingga
pelayanan yang baik.
Mendikbud mengatakan, pembangunan rumah
sakit pendidikan UI ini adalah pekerjaan yang besar maka prosesnya butuh
beberapa tahun ke depan. Karena itu, kata Dia, perlu kerjasama yang baik dengan
semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Selainitu, Menteri Nuh berharap UI dapat
berkontribusi lebih besar terhadap pelayanan kesehatan, baik untuk internal UI
sendiri maupun eksternal. Untuk itu, tuturnya, dibutuhkan tiga prinsip yang
mendukungnya. Pertama, Mendikbud berharap adanya kolaborasi (kerjasama) dengan
semua Fakultas yang ada di UI. Ke dua, rumah sakit pendidikan UI ini menjawab
UU Pendidikan Indonesia dimana antara Kemdikbud dengan Kemenkes terjalin kerja
sama dalam mencetak calon-calon dokter yang professional Standar Opersional Prosedur
(SOP) dalam hal kesehatan. Dan yang ke tiga, rumah sakit pendidikan ini
nantinya akan menjadi rumah sakit yang melayani masyarakat maka dibutuhkan
pelayanan yang ramah terhadap pasien
“Karena R.S.Pendidikan UI ini bukan saja
milik Fakultas Rumpun RIK saja tetapi ini adalah milik bersama keluarga UI,
maka setiap orang harus terbuka dan proaktif berkolaborasi dengan semua aspek
ilmu yang ada, karena satu ilmu dengan ilmu yang lain pasti saling mengisi,”
katanya.
Sementara itu Rektor UI Muhammad Anis, mengatakan,
Rumah Sakit Pendidikan UI sudah lama didambakan karena sangat dibutuhkan oleh
para mahasiswa sebagai wadah mencari ilmu. Untuk itu, kata Dia, dirinya
berterima kasih kepada semua pihak termasuk Kemendikbud, Bappenas, Kemenkes,
Pemerintah Wali Kota Depok, (Nur Mahmudi Ismail) yang hadir pada acara tersebut
yang mendukung proses pembangunan R.S.Pendidikan UI ini. “Dengan demikian
tantangan kita di tahun-tahun yang akan datang akan terwujud dimana akan muncul
dokter-dokter Indonesia yang berkualitas dan siap melayani kesehatan masyarakat
dengan berkualitas pula,” tandasnya (MS).
Sumber: http://splashurl.com/k53b9f5
2.
Pada 17 Mei
2011, Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas), yaitu Bapak Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. telah
meletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran
UNPRI.
Pada
tahun 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia telah membangun
rumah sakit pendidikan bertaraf internasional berlantai 13 di jalan Ayahanda
No. 68A Medan.
Rumah
sakit pendidikan berkapasitas 250 bed, dengan fasilitas sebagai berikut:
- 6 Ruang Operasi
- Ruang I.C.U.
- Ruang I.C.C.U.
- Ruang N.I.C.U.
- Ruang H.D.U.
- Radiologi (CT Scan 128 slices, Digital X-Ray, Mammography, Mobile X-Ray, USG 4D, Echo Cardiography)
- Hemodialisa
- Cath Lab
- IGD
- Ruang Bersalin
- Ruang Bayi Sehat
- Ruang Bayi Sakit
- Endoscopy
- Cardiac Stress Test
- Ruang Anak
- 32 Poliklinik Spesialis dan Sub Spesialis
- Fasilitas Rehabmedik
- Apotik
- Cafetaria
- Laboratorium
- Perpustakaan Mahasiswa
- Ruang Seminar
- Ruang Pertemuan Dokter
- Ruang COASS
- Helipad (landasan helikopter)
- 24 Kamar Penginapan
Rumah
sakit pendidikan ini nantinya akan menjadi rumah sakit utama tempat praktek
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia dan menjadi Fakultas
Kedokteran swasta pertama di Sumatera Utara yang membangun rumah sakit
pendidikan bertaraf internasional.
Rumah
sakit ini akan berfungsi penuh sebagai rumah sakit:
- Pendidikan
- Pelayanan masyarakat
- Penelitian
Pada
17 Mei 2011, Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas), yaitu Bapak Prof.
dr. Fasli Jalal, Ph.D. telah meletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit
Pendidikan Fakultas Kedokteran UNPRI.
Bapak
Wamendiknas pada kesempatan itu menyampaikan bahwa pembangunan rumah sakit
pendidikan Unpri merupakan suatu sejarah, karena baru tiga tahun sejak 2008
mendapat izin operasional telah terakreditasi BAN-PT dan telah mengembangkan
pendidikan yang berbasis Kurikuum Berbasis Kompetensi (KBK) diikuti Problem
Based Learning (PBL) dan kemudian menerapkan prinsip - prinsip dari sistem
tersebut. "Pada akhirnya Fakultas Kedokteran Unpri didukung dengan berbagai
fasilitas, menambah fasilitas pendukung utama, yaitu rumah sakit pendidikan
milik sendiri (mandiri), dan proses pengelolaannya dapat sejalan dengan proses
belajar - mengajar, itu sangat baik sehingga akan melahirkan lulusan yang lebih
baik," ujarnya.
Bapak Wamendiknas juga mengatakan, "Pendidikan
tinggi berbasis kesehatan bukan pendidikan yang main - main karena berhubungan
dengan manusia, resikonya cukup besar, dan kalau salah dosanya tidak hanya
didunia tapi juga sampai akhirat. Tetapi kalau kita berhasil melaksanakan
pendidikan yang profesional, bermartabat, maka ini akan sukses tidak hanya
didunia tapi juga diakhirat," ujarnya. Oleh karena itu, pihaknya memberi
kesempatan kepada Unpri untuk menambah pelayanan yang sudah diberikan selama
ini baik untuk kebidanan, keperawatan, kesehatan masyarakat, dan ada upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan mendirikan rumah sakit pendidikan.
Sumber: http://splashurl.com/meokzjf
3. Rumah
Sakit pendidikan USU Medan
Pembangunan fisik Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Sumatera Utara telah selesai pada tahun 2011. Saat ini sedang
memasuki tahap persiapan berbagai sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk
pelaksanaan operasional. Disamping bertujuan memperluas jaringan rumah sakit
yang dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan dokter, dokter spesialis dan
tenaga kesehatan lainnya, Rumah Sakit Pendidikan USU diharapkan dapat berperan
sebagai rumah sakit pelayanan rujukan utama dan riset klinik di wilayah
Indonesia Barat, khususnya daerah Sumatera Utara.
Rumah sakit ini menawarkan fasilitas 28
klinik spesialis/sub spesialis, rawat inap dengan kapasitas 474 bed (108 ward),
Instalasi gawat darurat dengan pelayanan 24 jam, 12 kamar bedah, 18 ruang
persalinan, 42 bed perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), dan 25 bed unit
hemodialise.
Rumah Sakit Pendidikan USU juga akan
mempersiapkan berbagai layanan komprehensif dengan keunggulan pada layanan
Gastroenterologi, Nefrologi, Orthopedic, Traumatologi, Burn Unit dan Infeksi
Tropis. Kegiatan didukung oleh berbagai tenaga spesialis dan subspesialis yang
berada dibawah 18 Departemen Medik, yang akan menyelenggarakan fungsi-fungsi
pelayanan, pendidikan dan riset. Teknologi dan sistem informasi rumah sakit
ditata secara maksimal untuk mengakomodasi seluruh kegiatan administrasi dan
penyelenggaraan fungsi pendidikan/riset.
Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Sumatera Utara direncanakan akan mulai beroperasi sekitar medio 2012.
Sumber: http://splashurl.com/mgyjehb
Dan masih banyak lagi Rumah Sakit
pendidikan yang dimiliki oleh penyelenggara pendidikan di Indonesia.
Bagaimana dengan Pendidikan itu sendiri?
Rendah dan
terpuruknya system pendidikan kita dewasa ini sudah sama-sama kita maklumi. Demokrasi
pendidikan, keterbukaan, desentralisasi, otonomisasi, dan sebagainya dalam
menyelenggarakan pendidikan secara resmi dan normative sudah pula kita
sosialisasikan secara meluas. Tampaknya lagi-lagi demokrasi tidak dapat berlaku
dalam masyarakat yang budaya akademiknya masih rendah (masih ketinggalan) dan
sumber daya manusia (SDM)-nya belum berpendidikan tinggi.
Dalam kenyataannya
system pendidikan nasional Indonesia masih highly centralized dan
diskriminatif. Pemerintah dengan sangat kuat melaksanakan satu system pendidikan
nasional lengkap dengan penyelenggaraan sekolah-sekolah atau perguruan-perguruannya
sebagai unit pelaksanaannya. Semua yang diselenggarakan masyarakat harus
mengikutinya sebagai subsistem dari satu system pendidikan nasional. Memenag benar
dalam satu Negara hanya ada satu pendidikan nasional. Semua pendidikan dan sekolah-sekolah
yang diselenggarakan oleh siapa pun sebagai warga Negara, baik dalam negeri
maupun luar negeri - sekolah-sekolah dari kedutaan atau perwakilan Indonesia di
luar negeri – merupakan subsistem dari system pendidikan nasional.
Namun kenyataannya,
mengapa pemerintah menyelenggarakan sekolah dan berhadapan dengan
sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh swasta?. Ibarat pertandingan, tentu
saja sekolah-sekolah swasta akan kalah, karena otoritas disertai kekuatan dana
dan fasilitas ada pada sekolah-sekolah negeri, kecuali beberapa sekolah swasta
elite dan kuat yang memiliki dana atau anggaran pendidikan yang kuat. Mengapa pemerintah
tidak melayani, melindungi, dan menjadi wasit yang adil serta membimbingnya
sehingga atas nama Negara, sekolah-sekolah Indonesia mampu berbicara dan tampil
terhormat di forum Internasional.
Tampaknya,
masalahnya tidak sesederhana itu. Banyak kelompok masyarakat yang benar-benar
berada di bawah garis kelayakan menyelenggarakan pendidikan dan persekolahan. Terhadap
hal ini memang harus ditangani langsung oleh pemerintah. Namun jangan kebablasan,
sehingga semua pendidikan dan perguruan yang diselenggarakan oleh swasta
(sebagai subsistem pendidikan nasional) hanyut dan tenggelam dalam
perguruan-perguruan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Tampaknya konsep
subsistem pendidikan perlu dikaji ulang, agar pemerintah terkurangi bebannya
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih besar lagi kepada masyarakat,
dan masyarakatnya dapat lebih baik memberikan sumbangannya kepada bangsa dan Negara.
Kerja pendidikan
belum disikapi dan dilaksanakan sebagai kerja akademik, tetapi masih dianggap
sebagai kerja nonakademik sebagai kerja kantor birokrasi, perdagangan, dan
sebagainya yang mementingkan produk-produk final. Sedangkan kerja pendidikan
mementingkan produk-produk proses yang semakin canggih.
Tidak ada cara
lain untuk menyembuhkan berbagai penyakit khidupan tersebut kecuali kita harus
benar-benar berani dan kuat membangun bangsa dan Negara ini bertolak dari jati
diri bangsa menggunakan kekuatan dari dalam (home grown management) dan tidak
menggantungkan dari luar.
Untuk itu
Mastuhu dalam bukunya “Sistem Pendidikan Nasional Visioner (SPNV)” memberikan
jalan keluar yang paling tepat untuk pendidikan Indonesia adalah membangun system
pendidikan nasional yang visioner, jauh menjangkau ke depan, untuk semua anak
bangsa, tanpa ada diskriminatif.
Mastuhu juga mengatakan bahwa ada 12
butir yang saling terkait dan saling melengkapi dalam membangun Sistem
Pendidikan Nasional Visioner (SPN), yaitu:
1.
Landasan
Filosofis SPNV
2.
Dasar
SPNV
3.
Visi
dan Misi SPNV
4.
Tujuan
dan Sasaran SPNV
5.
Strategi
Dasar SPNV
6.
Strategi
Operasional SPNV
7.
STrategi
Pendekatan SPNV
8.
Prinsip-Prinsip
SPNV
9.
Mitos
Yang Harus Dijawab
10. Paradigm Keilmuan
SPNV
11. Kepemimpinan SPNV
12. Langkah-Langkah
Teknis Dasar SPNV
Minggu, 03 November 2013
KEKUASAAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Oleh :
Sawiyanto, M.A
PENDAHULUAN
Dilandasi dengan
sabda Nabi Muhammad SAW “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu
pasti akan di mintai pertanggungjawaban apa yang dipimpin” . khususnya dalam
dunia pendidikan khususnya di madrasah sudah seharusnya masalah kepemimpinan
menjadi topik yang paling urgent demi menciptakan suasana madrasah yang
kondusip dan berwibawa. Kepemimpinan pendidikan merupakan
suatu penomena kemampuan seseorang dalam menggerakkan, membimbing dan
mengarahkan orang lain dalam kerjasama pelaksanaan pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan filosofi kepemimpinan yang (pada
dasarnya) menjunjung tinggi asas hubungan kemanusiaan (Human Relation Ship).
Dalam
efektifitas kepemimpinan, paradigma yang lebih mendekati kebenaran ilmiah
–mengenal pemimpin yang baik – adalah seorang yang mempunyai kecendrungan untuk
tidak mengganggap diri sendiri sebagai orang yang serba mengetahui dan berusaha
untuk menyesuaikan kelompok, tidak menyandarkan diri pada kedudukannya,
prestasinya dan kekuasaannya, akan tetapi pada kemampuannya untuk menjalankan
kepemimpinan yang dinamis dan menghubungkan diri dengan kelompoknya dan
sebailknya kelompok dengan pemimpin. Kecendrungan-kecendrungan itu, dengan
sendirinya menunjukkan kekuatan dan pengaruh pemimpin dalam kepemimpinannya.
A. Definisi
Kekuatan dan Pengaruh (Dalam Kepemimpinan Pendidikan)
Sebagai
unsur pokok kepemimpinan, kekuatan dan pengaruh seorang pemimpin merupakan
aspek yang paling krusial yang menjadi barometer keberhasilan kepemimpinannya.
Merujuk kepada kamus besar bahasa Indonesia (Media Pustaka Phoenix, 2009),
kekuatan adalah tenaga, gaya atau kekuasaan. Sedangkan pengaruh adalah daya
yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang.
Dengan
demikian kekuatan (dalam konteks kepemimpinan pendidikan) adalah daya yang
ditimbulkan seorang pemimpin dalam otoritasnya pada kepemimpinan pendidikaan.
Sedangkan pengaruh merupakan representasi dan kekuatan yang dapat membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan anggota dalam mewujudkan situasi atau iklim
kerja sama dalam kepemimpinan pendidikan.
B. Faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan Pendidikan.
Dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya, seorang pemimpin pendidikan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mewarnai pola kepemimpinan, diantaranya ;
1. Factor
Ilegal
Pemimpin
pendidikan akan berhadapan dengan peratuan-peraturan formal dari instansi
sturuktural yang berada diatasnya. Misalnya falsafat pancasila, Undang Undang Dasar
1945, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, serta undang-undang lainnya akan
mempengaruhi pola kepemimpinan pendidikan. Demikian pula dalam kaitannya dengan
standar yang berkaitan dengan pengangkatannya sebagai pemimpin pendidikan (Misalnya;
Sertifikasi, Pola penyeleksian, Kualifikasi Professional).
2. Kondisi
Sosial Ekonomi dan Konsep-Konsep Pendidikan.
Faktor ini
memungkinkan tersedianya sumber-sumber dan fasilitas pendidikan dalam
memperlancar proses pendidikan termasuk pemahaman pemimpin terhadap tujuan
pendidikan yang akan mewarnai tindakan kepemimpinannya.
3. Hakekat
dan Ciri Sekolah
Merupakan
faktor yang berkaitan dengan ciri dan hakikat para staf, murid dan jenis
sekolah, sistem administrasi, kurikulum dan pendekatan yang digunakan dalam
sistem pendidikan.
4. Kepribadian
Pemimpin Pendidikan dan Latihan-Latihan.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa individu (pemimpin) membawa sesuatu dalam jabatannya. Energy,
loyalitas, paradigma dan atribut professional yang melekat padanya akan
berpengaruh terhadap sistem kepemimpinan. Selain itu, pendidikn tambahan dan
latihan-latihan juga akan memperkaya jabatan kepemimpinannya.
5.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan.
Tugas
kepemimpinan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai perubahan teori dan metode
aktifitas belajar, konsep-konsep pertumbuhan dan perkembangan anak membawa
implikasi terhadap prosedur pengajaran dikelas. Prubahan dan perkembangan
kurikulum juga menghendaki persiapan kepemimpinan dan keterampilan kepemimpinan
yang baru. Perubahan dalam teori-teori pendidikan akan mengubah strategi
pengelolaan dan kepemimpinan.
C.
Keterampilan Dalam Kepemimpinan Sebagai Kekuatan Pemimpin Pendidikan.
Kepemimpinan
merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan
posisi kunci. Karena kepemimpinan perperan sebagai penyelaras dalam proses
kerjasama antar manusia dalam organisasi. Walaupun berasal dari berbagai latar
belakang budaya yang berbeda. Menurut R.E Byrd (1987) seorang pemimpin
setidaknya memiliki lima keterampilan, antara lain ;
1. Pemberian
Kuasa (empowerment) adalah pembagian kuasa oleh pemimpin terhadap
bawahannya.
2. Intuisi
(intuition) adalah keterlibatan pemimpin dalam menatap situasi,
mengantisipasi perubahan, mengambil resiko, dan membangun kejujuran.
3. Pemahaman
Diri (self understanding) adalah kemampuan untuk mengenali
kekuatan-kekuatan atau hal-hal positif yang ada pada dirinya dan kemampuan
dalam menetapkan upaya mengatasi kelemahan yang ada pada dirinya.
4. Pandangan
(vision) adalah keterlibatan dirinya dalam mengimajinasi kondisi lingkungan
yang berbeda-beda serta dalam mengimajinasikan suatu kondisi untuk memperbaiki
lingkungan organisasi.
5. Keselarasan
(congruence value) adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami
nilai-nilai yang berkembang dalam organisasinya, nilai-nilai yang dimiliki
bawahannya, serta dalam memadukan dua nilai itu menuju organisasi yang efektif.
D. Kekuatan
Sebagai Barometer Kepemimpinan.
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan menjalankan suatu
tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pada
situasi tertentu. Maka, seorang pemimpin adalah orang yang memberi inspirasi,
membujuk, mempengaruhi dan memotivasi anggota dalam suatu kerjasama untuk
mencapai tujuan. Sebagai barometer kepemimpinan, unsur-unsur kekuatan
diantaranya ;
a. Inspirasi,
merupakan unsur tertinggi dari kepemimpinan, seorang pemimpin harus mempunyai
daya tarik personal atau menjadi suri tauladan agar bisa memberi inspirasi.
b. Persuasi,
adalah aspek penting dari peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa
mengubah pikiran bawahannya atau bertindak tegas.
c. Pengaruh,
sering didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu.
d. Motivasi,
merupakan bagian inti dari tugas pemimpin. Motivasi adalah tantangan utama yang
sudah ada sejak lama di dalam tugas kepemimpinan yang mengacu kepada prilaku
aktual. Teori
motivasi Maslow (1943) yang dikenal dengan istilah Maslow’s Need Hierarchy Theory dalam Husaini Usman menyatakan,
kepuasan kerja dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: a) imbalan jasa, b) rasa
aman , c) Pengaruh antarpribadi, d) kondisi lingkungan kerja, e) kesempatan
untuk pengembangan dan peningkatan diri.
Daftar Pustaka
Byrd, R.E., Organizational Dynamics, Summer 1987.
Dessler Gary. Manajemen
Sumber Daya Manusia, terj. Triyana
Iskandarsyah. Jakarta: Prenhallindo, 1997.
Dubin, Andrew J. , The Complete Ideal’s Guades Leaderdship,
Jakarta; Prenada, 2006.
Fahmi Irham. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Alfabeta,
2010.
Husaini Usman, Manajemen: Teori,
Praktik dan Riset Pendidikan, Edisi 3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 4. Jakarta: PT.
Media Pustaka Phoenix, 2009
Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin Yang Efektif dan Berpengaruh,
Bandung; Syaamil Cipta Media, 2001
Siagian, Sondang P., Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta;
Rineka Cipta, 1991.
Sujak, Agi, Kepemimpinan Manajer; Eksistensinya Dalam Prilaku Organisasi,
Jakarta; Rajawali 1990.
Soetopo, Hendiyat & Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta; Bina Aksara, 1988.
Langganan:
Postingan (Atom)